Cara Tanam Buah Melon: Panduan Lengkap

Yuk Bagikan ..

Melon adalah buah yang lezat dan menyegarkan yang banyak yang menyukainya. Menanam melon sendiri di kebun atau lahan pertanian adalah pilihan yang baik karena dapat memberikan Anda pasokan melon yang segar dan berkualitas. Dalam artikel ini, kami akan membahas panduan lengkap tentang budidaya tanam buah melon, dari pemilihan varietas hingga perawatan dan panen.

BUDIDAYA BUAH MELON

Syarat tumbuh tanaman buah melon

Sebelum memutuskan untuk melakukan budidaya tanam melon, perhatikan dulu lahan tanam benih melon.

Iklim

  • Angin yang bertiup cukup keras dapat merusak pertanaman melon, dapat mematahkan tangkai daun, tangkai buah dan batang tanaman.
  • Hujan yang terus menerus akan menggugurkan calon buah yang sudah terbentuk dan dapat pula menjadikan kondisi lingkungan yang menguntungkan bagi patogen. Saat tanaman melon menjelang panen, akan mengurangi kadar gula dalam buah. Selain itu tanaman ini  memerlukan penyinaran matahari penuh selama pertumbuhannya.
  • kebutuhan  suhu yang sejuk dan kering untuk pertumbuhannya. Suhu pertumbuhan untuk tanam melon antara 25–30 derajat C.
  • Tidak dapat tumbuh apabila suhu kurang dari 18 derajat C.
  • Kelembaban udara secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman melon. Dalam kelembaban yang tinggi tanaman melon mudah terserang penyakit.

Media Tanam

  • Tanah yang baik untuk budidaya tanaman melon ialah tanah liat berpasir yang banyak mengandung bahan organik untuk memudahkan akar tanaman melon berkembang. Tanah jangan  terlalu basah.
  • pH tanah  5,8–7,2.
  • Kebutuhan air yang cukup banyak. Tetapi, sebaiknya air itu berasal dari irigasi, bukan dari air hujan.

Ketinggian lokasi tanam melon

Tanaman melon dapat tumbuh dengan cukup baik pada ketinggian 300–900 meter dpl.Apabila ketinggian lebih dari 900 meter dpl tanaman tidak berproduksi dengan optimal.

1. Tahap  Pembibitan Melon

1.  Persyaratan Benih

Tanaman melon yang sehat dan berproduksi optimal berasal dari bibit tanaman yang sehat, kuat dan terawat baik pada awalnya. Rendam benih  kedalam larutan Furadam dan Atonik selama 2 (dua) jam. Benih yang baik berada di dasar air, dan benih yang kurang baik akan mengapung di atas permukaan air. Oleh sebab itu pembibitan merupakan kunci keberhasilan suatu agribisnis melon.

2.  Metode Penyiapan Benih

a.  Pengadaan benih secara generatif

Fase generatif memiliki tanda dengan keluarnya bunga. Pada fase ini tanaman memerlukan banyak unsur fosfor untuk memperkuat akar dan membentuk biji pada buah. Pada fase ini apabila tanaman dalam kondisi sehat maka jaring-jaring pada buah diharapkan muncul secara merata. Untuk mendukung pertumbuhan generatif, tanaman semprot dengan pupuk daun Complesal super tonic (merah) dengan konsentrasi 2 gram/liter seminggu sekali. Untuk mencegah kekurangan unsur kalsium dan boron maka tanaman semprot dengan pupuk daun Ferti-cal dengan konsentrasi 2 ml/liter atau CaB dengan konsentrasi 2 ml/liter.

b. Pengadaan benih secara vegetatif (Kultur Jaringan)

Dengan metoda kultur jaringan, pemilihan media tanam dan sumber eksplan haruslah tepat agar memberikan hasil yang maksimal. Media dasar tersusun dari garam-garam berdasarkan susunan Murashige & Skoog (1962) dengan penambahan thiamin 0,04 mg/liter, myoinositol 100 mg/liter, surkosa 30 gram/liter berbagai kombinasi hormon tanaman yang ditambahkan sesuai dengan perlakuan.

Media buat dalam bentuk padat dengan penambahan agar bacto 8 gram/liter, pH media dibuat 5,7 dengan penambahan NaOH atau HCl 0,1 N. Sterilisasi media lakukan dengan autoklaf bertekanan 17,5 psi, suhu 120 derajat C selama 30 menit.Tanaman yang berasal dari kultur jaringan membentuk bunga jantan dan bunga betina separti halnya tanaman dari biji.

c. Sumber benih

Untuk menanam melon kita harus mengetahui sumber benihnya terlebih dahulu. Sebaiknya selalu menggunakan benih asli (F1 hibrid).

3.  Cara penyimpanan benih

Penyimpanan benih harus  di tempat yang kering dan tempat untuk menyimpan benih dapat buatkan rumah pembibitan yang sederhana karena mengingat umur benih hanya selama 10–14 hari. Tujuannya untuk melindungi benih tanaman yang masih muda dari terik sinar matahari, air hujan, dan serangan hama maupun penyakit. Alas rumah pembibitan, tempat polibag letakkan berlapisi kertas koran agar perakaran bibit tidak menembus ke dalam tanah.

4.  Kebutuhan benih

Benih kebutuhan sesuai dengan luas tanam lalu tambah 10% untuk cadangan penyulaman.

5. Perlakuan benih

Benih melon memerlukan perlakuan yang lebih sederhana daripada  benih semangka non-biji. Hal ini karena kulit melon cukup tipis sehingga tidak memerlukan perlakuan ekstra. Perlakuan untuk benih melon adalah pencucian, perendaman, serta pemeraman benih.

6. Teknik Penyemaian Benih

a. Cara dan Waktu Penyemaian

Benih melon yang akan semai, rendam terlebih dahulu di dalam air selama 2–4 jam. Kemudian benih semaikan pada kantong plastik, yang telah berisi tanah dan pupuk kandang yang bercampur dengan perbandingan 5:1. Semaikan benih dalam posisi tegak dan ujung calon akarnya menghadap ke bawah. Benih tutup dengan campuran abu sekam dan tanah dengan perbandingan 2:1 yang telah siap, agar tanaman dapat tumbuh dengan baik, tidak mudah rebah.

Untuk merangsang perkecambahan benih dengan menciptakan suasana hangat maka tutuplah permukaan persemaian dengan karung goni basah. Apabila kecambah telah muncul kepermukaan media semai (pada hari ke-3 atau ke-4) maka karung goni dapat dibuka.

b.  Pembuatan Media Semai

Melon termasuk tanaman yang tidak terlalu menuntut media semai yang khusus untuk pembibitannya. Medianya bisa dengan berbagai variasi, contohnya dengan mencampurkan tanah, pasir dan pupuk kandang atau kompos, asal perbandingannya sesuai misalnya 1:1:1. Untuk mendapatkan hasil bibit melon yang kekar dan sehat maka komposisi media semai yang tepat terdiri dari campuran tanah, pupuk kandang, pupuk SP-36 atau NPK ditambah dengan insektisida karbofuran.

7.  Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

Setelah semai benih di polybag akan tumbuh menjadi calon bibit, dan harus mendapatkan pemeliharaan yang baik agar menjadi bibit melon yang sehat dan kekar.

a.  Cara dan Waktu Penyiraman

Bibit dipersemaian di siram setiap pagi hari. Mulai dari kecambah belum muncul sampai bibit muncul kepermukaan tanah. Untuk penyiraman digunakan tangki semprot. Saat menyemprot untuk penyiraman jangan terlalu kuat karena akan mengikis tanah media dan melemparkan benih atau kecambah keluar dari polibag.

Apabila daun sejati keluar, penyiraman bibit baru dapat dilakukan embrat atau gembor. Saat cuaca panas, tanah pada polybag kering dan penyiraman perlu mengulangi pada sore hari. Jangan menyiram bibit tanaman pada  siang hari karena akan menyebabkan air dan zat-zat makanan tidak dapat terserap akibatnya bibit menjadi kurus, kering dan layu.

b. Penjarangan

Penjarangan bertujuan untuk menyiapkan bibit-bibit tanam yang sehat dan kekar . Mulai lakukan 3 hari sebelum penanaman bibit ke lapangan. Bibit yang mempunyai pertumbuhan seragam kumpulkan menjadi satu. Bibit-bibit yang pertumbuhannya merana singkirkan dan jangan tanam.

c.  Pemupukan

Untuk memacu pertumbuhan vegetatif bibit dapat dengan penyemprotan pupuk daun yang mengandung unsur nitrogen tinggi. Pupuk daun cukup lakukan satu kali, yaitu pada saat umur bibit 7–9 HSS dengan konsentrasi 1,0–1,5 gram/liter. Pupuk akar berupa pupuk kimia maupun pupuk organik tidak perlu penambahan selama pembibitan karena pupuk akar pada media semai telah mencukupi.

d.  Pemberian Pestisida Pada Masa Pembibitan

Pada masa pembibitan penyemprotan pestisida lakukan apabila perlu. Konsentrasi penuh akan menyebabkan daun-daun bibit melon ini terbakar (plasmolisis). Penyemprotan ini  terutama pada saat 2-3 hari sebelum bibit tanam di lapangan. Contoh pestisida  adalah Insektisida Dicarzol 0,5 g/liter dan fungisida Previcur N 1,0 ml/liter.

8. Pemindahan Bibit

Pindahkan bibit melon ke lapangan apabila sudah berdaun 4–5 helai atau tanaman melon telah berusia 10–12 hari. Cara pemindahan tidak berbeda dengan cara pemindahan tanaman lainnya, yaitu buang kantong plastik polibag secara hati-hati lalu bibit berikut tanahnya tanam pada bedengan yang sudah berlubang sebelumnya, bedengan pun jangan sampai kekurangan air.

2. Pengolahan Media Tanam

1. Persiapan

a. Pengukuran pH Tanah

Pengukuran pH tanah dengan menggunakan alat pH meter. Basahi tanah area pengukuran terlebih dahulu. Pengambilan sampel lakukan di 10 titik yang berbeda, kemudian hitung pH rata-rata.

b. Analisis Tanah

Berdasarkan fakta di lapangan, menanam tanaman melon dapat  pada berbagai jenis tanah terutama tanah andosol, latosol, regosol, dan grumoso. Kekurangan dari sifat-sifat tanah tersebut , manipulasi dengan pengapuran, penambahan bahan organik, maupun pemupukan.

c. Penetapan Waktu/Jadwal Tanam

Penetapan waktu tanam berkaitan dengan perkiraan waktu panen suatu varietas melon tanam dan waktu panen varietas melon lainnya. Misalnya waktu tanam melon pada bulan Maret adalah varietas ten me, April varietas aroma, Mei varietas new century (hamiqua) dan seterusnya sehingga petani/pengusaha agribisnis perlu menjadwal waktu tanaman varietas melon sesuai permintaan pelanggan.

d. Penetapan Luas Areal Penanaman

Penetapan luas penanaman berkaitan erat dengan pemilikan modal, luas lahan yang tersedia, musim dan permintaan pasar. Tanaman melon yang diusahakan di lahan terbuka di musim hujan akan rusak terserang penyakit karena terguyur hujan terus-menerus. Maka penanaman melon di musim hujan lebih diarahkan dengan sistem hidroponik.

e. Pengaturan Volume Produksi

Pengaturan volume produksi berkaitan erat dengan perkiraan harga pada saat panen dan permintaan pasar. Cara penanaman melon lakukan secara bertahap. Misalnya penanaman pertama 20% di lokasi A, kedua 40% di lokasi B, dan ketiga 40% di lokasi C. Interval penanaman berkisar 2 minggu.

Pengaturan ini lazim pada agribisnis melon dengan sistem hidroponik. Untuk menjaga kontinuitas produksi, biasanya interval tanamnya berselang 1-2 minggu.

2. Pembukaan Lahan

a) Pembajakan

Untuk penanaman melon di dataran menengah-tinggi, struktur tanah biasanya sudah sangat remah sehingga tidak memerlukan pembajakan. Lahan bajak harus tergenangi air lebih dahulu selama semalam, kemudian keesokan harinya lakukan pembajakan ini cukup untuk membalik tanah sehingga cukup lakukan sekali dengan kedalaman balikan sekitar 30 cm.

b) Penggarukan dan Pencangkulan Lahan Serta Waktu Lahan Siap Tanam

Untuk pencangkulan dan penggarukan, keadaan tanahnya harus cukup kering. Karena kita bisa mudah membentuk tanah yang semula berbongkah-bongkah dan cukup liat, tanah yang beremah-remah dan cukup sarang (mudah diserap air). Dengan tanah tersebut akan menguntungkan tanaman.

Selain perakarannya mudah menembus tanah, juga akan mudah bernapas.  Cara-cara pencangkulan adalah sebagai berikut:

  1. Mula-mula lakukan pembalikan tanah (tanahnya masih berbongkah-bongkah.
  2. Tanah dari hasil pencangkulan pertama haluskan atau hancurkan, dengan kedalaman ± 30–50 cm. (untuk dua kali cangkulan)
  3. Pencangkulan lakukan kalau keadaan tanahnya betul-betul sudah kategori ke dalam tanah berat. Jika tidak, sekali cangkul tanah sudah cukup beremah dan kita dapat mengerjakan pekerjaan yang lain.

3.  Pembentukan Bedengan

a. Cara Pembuatan

Selama 5–7 hari lahan dibiarkan kering setelah dibajak (atau dibalik). Proses ini akan membuat tanah menjadi lengket dan berbongkah sehabis dibajak menjadi agak hancur karena mengalami proses pengeringan matahari dan penganginan. Selama proses tersebut beberapa senyawa kimia yang beracun dan merugikan tanaman dan akan hilang perlahan-lahan.  Setelah kering, bongkahan tanah dibuat petakan dengan tali rafia untuk membentuk bedengan dengan ukuran panjang bedengan maksimum 12–15 m; tinggi bedengan 30–50 cm; lebar bedengan 100–110 cm; dan lebar parit 55–65 cm.

b) Bentuk Bedengan

Bedengan dibentuk dengan cara mencangkuli bongkahan tanah menjadi struktur tanah yang remah/gembur. Bila telah bentuk bedengan terlihat, baik itu bedengan kasar/setengah jadi bedengan tersebut dikering-anginkan lagi selama seminggu agar terjadi proses oksidasi/penguapan dari unsur-unsur beracun ada hingga menghilang tuntas.

c)  Ukuran dan Jarak Bedengan

Dengan panjang maksimum 15 m tersebut akan memudahkan perawatan tanaman dan mempercepat pembuangan air, terutama di musim hujan. Tinggi bedengan dibuat sesuai dengan musim dan kondisi tanah. Pada musim hujan tinggi bedengan 50 cm agar perakaran tanaman tidak terendam air jika hujan deras. Dan pada musim kemarau tinggi bedengan cukup 30 cm, karena untuk memudahkan perawatan pada saat bedengan digenangi. Parit dibuat dengan lebar 55–65 cm adalah untuk memudahkan perawatan pada saat penyemprotan, pemasangan ajir, maupun penalian.

4.  Pengapuran

Dengan pengapuran akan menambah unsur hara kalsium yang diperlukan untuk dinding sel tanaman. Pengapuran dapat menggunakan dolomit/calmag (CaCO3 MgCO3) kalsit/kaptan (CaCO3). Setelah diperoleh pH rata-rata, penentuan kebutuhan dapat dilakukan dengan menggunakan data berikut ini :

  • < 4,0 (paling asam): jumlah kapur >10,24 ton/ha
  • 4,2 (sangat asam): jumlah kapur 9,28 ton/ha
  • 4,6 (asam): jumlah kapur 7,39 ton/ha
  • 5,4 (asam): jumlah kapur 3,60 ton/ha
  • 5,6 (agak asam): jumlah kapur 2,65 ton/ha
  •  6,1 – 6,4 (agak asam): jumlah kapur <0,75 ton/ha

5. Pemasangan Mulsa Plastik Hitam-Perak (PHP)

Mulsa PHP yang terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan berwarna perak di bagian atas dan warna hitam di bagian bawah dengan berbagai keuntungan. Warna perak pada mulsa akan memantulkan cahaya matahari sehingga proses fotosintesis menjadi lebih optimal, kondisi pertanaman tidak terlalu lembab, mengurangi serangan penyakit, dan mengusir serangga-serangga penggangu tanaman seperti Thirps dan Aphids.

Sedangkan warna hitam pada mulsa akan menyerap panas sehingga suhu di perakaran tanaman menhadi hangat. Akibatnya, perkembangan akar akan optimal. Selain itu warna hitam juga mencegah sinar matahari menembus ke dalam tanah sehingga benih-benih gulma tidak akan tumbuh (kecuali teki dan anak pisang).

Pemasangan mulsa PHP sebaiknya lakukan pada saat panas matahari terik agar mulsa dapat memuai sehingga menutup bedengan dengan tepat. Teknis pemasangannya cukup oleh 2 orang untuk satu bedengan.

Caranya tariklah kedua ujung mulsa pada bedengan, kaitkan salah satu ujungnya pada bedengan menggunakan pasak penjepit mulsa kemudian ujung yang satunya. Setelah kedua ujung mulsa PHP terkait erat pada bedengan, dengan cara bersamaan tariklah mulsa pada kedua sisi bedengan setiap meternya secara bersamaan. Kaitkan kedua sisi mulsa dan bedengan dengan pasak penjepit tadi sehingga seluruh sisi mulsa terkait rapat pada bedengan.

Setelah selesai pemasangan, bedengan-bedengan biarkan tertutup mulsa PHP selama 3–5 hari sebelum dibuat lubang tanam. Tujuan agar pupuk kimia yang diberikan dapat berubah menjadi bentuk tersedia sehingga dapat diserap tanaman.

3. Teknik Penanaman

1) Penentuan Pola Tanam

Tanaman melon merupakan tanaman semusim yang biasa ditanam dengan pola monokultur.

2) Pembuatan Lubang Tanam

Untuk membuat lubang tanam dengan menggunakan pelat pemanas atau memanfaatkan bekas kaleng susu kental. Plat pemanas yang berupa potongan besi dengan diameter 10 cm, dibuat sedemikian rupa hingga panas yang ditimbulkan dari arang yang dibakar mampu melubangi mulsa PHP dengan cepat. Model penanaman dapat berupa dua baris berhadap-hadapan membentuk segi empat  berhadap-hadapan membentuk segi tiga.

3) Cara Penanaman

Bibit yang telah di semai + 3 minggu dipindahkan kedalam besar beserta medianya. Akar tanaman diusahakan tidak sampai rusak saat menyobek polibag kecil. Cetakan tanah yang telah berisi bibit melon, diletakkan pada lubang yang telah ditugal dan diusahakan agar tidak pecah/hancur karena bisa mengakibatkan kerusakan akar dan tanaman akan layu jika hari panas.

4.  Pemeliharaan Tanaman

1. Penjarangan dan Penyulaman

Penjarangan dan penyulaman dilakukan bila dalam waktu 2 (dua) minggu setelah tanam bibit tidak menunjukkan pertumbuhan normal. Tanaman dicabut beserta akarnya kemudian diganti dengan bibit/tanaman baru. Hal ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar tanaman muda ini dapat lebih beradaptasi dengan lingkungan barunya. Penyulaman dan penjarangan biasanya dilakukan selama 3 – 5 hari, karena kemungkinan dalam seminggu pertama masih ada tanaman lainnya yang perlu disulam. Saat setelah selesai penjarangan dan penyulaman tanaman baru harus disiram air.

2. Penyiangan

Pada budidaya melon sistem mulsa PHP penyiangannya dilakukan pada lubang tanam dan parit di antara dua bedengan. Gulma yang tidak dibersihkan menyebabkan lingkungan pertanaman lembab sehingga merangsang penyakit. Gulma juga dapat sebagai inang hama dan nematoda yang merugikan.

3. Pembubunan

Untuk pembubunan pertama-tama kita lakukan adalah pemupukan awal dan mensterilkan lahan di situ. Tujuannya adalah setelah tanah diolah dan dipupuk, tanah akan menjadi subur dan akan terbebas dari hama dan penyakit. Saat melakukan pemupukan, tanah yang sebelumnya sudah diolah, telah dikelentang selama 2 minggu. Dengan begitu, diharapkan tanah yang cukup lama terkena terik matahari tersebut, cukup sehat untuk ditanami.

4. Perempalan

Perempelan dilakukan terhadap tunas/cabang air yang bukan merupakan cabang utama.

5. Pemupukan

Pemupukan diberikan sebanyak 3 kali, yaitu 20 hari setelah ditanam, tanaman berusia 40 hari (ketika akan melakukan penjarangan buah) dan pada saat tanaman berusia 60 hari (saat menginjak proses pematangan). Caranya sebarkan secara merata di atas tanah bedengan pada pinggiran kiri dan kanannya (10–15 cm). Kemudian tanah dibalik dengan hati-hati supaya tidak merusak perakaran tanaman, dan agar pupuk tersebut bisa aman terpendam dalam tanah. Untuk memudahkan dalam pemupukan, dibuat data mengenai rangkaian pemupukan sejak awal.

  • Pupuk kandang/kompos: pupuk dasar=10–20 ton/ha.
  • Urea: pupuk dasar=440 kg/ha; pupuk susulan I=330 kg/ha; pupuk susulan II=220 kg/ha; pupuk susulan III=440 kg/ha.
  • TSP: pupuk dasar=1.200 kg/ha; pupuk susulan I=220 kg/ha; pupuk susulanII=550 kg/ha.
  • KCl: pupuk dasar=330-440 kg/ha; pupuk susulan II=160 kg/ha.

Keterangan :

  • Pupuk dasar: pemupukan pada pengolahan tanah (sebelum tanam)
  • Pupuk susulan I : umur ± 20 hari
  • Pupuk susulan II: umur + 40 hari
  • Pupuk susulan III: umur + 60 hari.

6.  Pengairan dan Penyiraman

 a. Pengairan

Tanaman melon menghendaki udara yang kering untuk pertumbuhannya, tetapi tanah harus lembab. Lakukan pengairan hjika hari tidak hujan. Pengairan lakukan pada sore atau malam hari.

b.  Penyiraman

Siram tanam sejak masa pertumbuhan, sampai  pemetikan buahnya. Saat menyiram jangan sampai air siraman membasahi daun dan air dari tanah jangan terkena daun dan buahnya. Tujuannya adalah supaya tanaman tidak terjangkiti penyakit yang berasal dari percikan tersebut, kalau daun basah kuyup akan mengundang jamur sangat besar. Penyiraman lakukan pagi-pagi sekali atau malam hari. Oleh karena itu ada pengairan di sekitar kebun besar sekali manfaatnya.

7.  Waktu Penyemprotan Pestisida

  • Tindakan preventif, benih rendam dalam larutan bakterisida Agrimycin (oxytetracycline dan streptomycin sulfate) atau Agrept (streptomycin sulfate) dengan konsentrasi 1,2 gram/liter dan penyemprotan bakterisida pada umur 20 HST.
  • Penyemprotan fungisida Previcur N (propamocarb hydrochloride) dengan konsentrasi 2–3 ml/liter apabila serangan telah melewati ambang ekonomi.
  • Fungisida Derasol 500 SC (carbendazim) dengan konsentrasi 1–2 ml/liter. Pangkal batang yang terserang dioles dengan larutan fungisida Calixin 750 EC (tridemorph) dengan konsentrasi 5 ml/liter.

8. Pemeliharaan Lain

a. Pemasangan Ajir

Ajir atau tongkat dari kayu atau bilahan bambu, untuk rambatan dapat di pasang setelah selesai membuat pembubunan dan selesai mensterilkan kebun. Atau dapat juga ajir dipasang sesudah bibit ditanam, dan bibit sudah mengeluarkan sulur-sulurnya kira-kira tingginya adalah 50 cm. Ajir harus terbuat dari bahan yang kuat sehingga mampu menahan beban buah dengan bobot kira-kira 2–3 kg.
Tempat ditancapkannya ajir dengan jarak kira-kira 25 cm dari pinggir guludan baik kanan maupun kiri. Supaya ajir lebih kokoh lagi, bisa menambahkan bambu panjang yang diletakkan di bagian pucuk segitiga antara bambu atau kayu yang menyilang, mengikuti barisan ajir-ajir di belakangnya.

b. Pemangkasan

Pemangkasan pada tanaman melon bertujuan untuk memelihara cabang sesuai dengan yang dikehendaki. Tinggi tanaman buat rata-rata antara titik ke-20 sampai ke-25 (bagian ruas, cabang atau buku dari tanaman tersebut).

Pemangkasan lakukan kalau udara cerah dan kering, supaya bekas luka tidak diserang jamur. Waktu pemangkasan lakukan setiap 10 hari sekali. Bagian yang paling awal untuk pemangkasan adalah cabang yang dekat dengan tanah dan sisakan dua helai daun. Kemudian cabang-cabang yang tumbuh lalu pangkas dengan menyisakan 2 helai daun. Pemangkasan hentikan, jika ketinggian tanamannya sudah mencapai pada cabang ke-20 atau 25.

5.  HAMA DAN PENYAKIT

1.  Hama

1.  Kutu aphids (Aphis gossypii Glover )

Ciri: Hama ini mempunyai getah cairan yang mengandung madu dan di lihat dari kejauhan mengkilap. Hama ini menyerang tanaman melon yang ada di lahan penanaman. Aphids muda yang menyerang melon berwarna kuning, sedangkan yang dewasa mempunyai sayap dan berwarna agak kehitaman.
Gejala: daun tanaman menggulung dan pucuk tanaman menjadi kering akibat cairan daun yang dihisap hama.
Pengendalian:

  • Harus selalu membersihkan gulma agar tidak menjadi inang hama;
  • Semprot tanaman yang terserang parahsecara serempak dengan insektisida Perfekthion 400 EC (dimethoate) dengan konsentrasi 1,0–2,0 ml/liter;
  • Cabut dan bakar (musnahkan) tanaman yang telah terjangkit virus.
2.  Thirps (Thirps parvispinus Karny)

Ciri: Hama ini menyerang saat fase pembibitan sampai tanaman dewasa. Nimfa  thirps berwarna kekuning-kuningan dan thirps dewasa berwarna coklat kehitaman. Thirps berkembang biak sangat cepat secara partenogenesis (mampu melahirkan keturunan meskipun tidak kawin). Serangan dilakukan di musim kemarau.

Gejala: daun-daun muda atau tunas-tunas baru menjadi keriting, dan bercaknya kekuningan; tanaman keriting dan kerdil serta tidak dapat membentuk buah secara normal. Kalau gejala ini timbul harus diwaspadai karena telah tertular virus yang dibawa hama thirps.
Pengendalian: menyemprot dengan racun kontak, 3–4 hari sekali.

2. Penyakit

1. Penyakit  Layu bakteri

Penyebab: bakteri Erwina tracheiphila E.F.Sm. Penyakit ini dapat disebarkan dengan perantara kumbang daun oteng-oteng (Aulacophora femoralis Motschulsky).

Gejala: daun dan cabang layu dan terjadi pengkerutan pada daun, warna daun menguning, mengering dan akhirnya mati; daun tanaman layu satu per satu, meskipun warnanya tetap hijau, kemudian tanaman layu secara keseluruhan. Apabila batang tanaman yang dipotong melintang akan mengeluarkan lendir putih kental dan lengket bahkan dapat ditarik seperti benang.
Pengendalian:

  • Sebelum menanami, lahan sterilisasi dengan Basamid G dengan dosis 40 g/m2
  • Benih rendam dalam bakterisida Agrimyciin (oxytetracycline dan streptomycin sulfate) atau Agrept (streptomycin sulfate) dengan konsentrasi 1,2 gram/liter ;
  • Penyemprotan bakterisida ini pada umur 20 HST.
2. Penyakit busuk pangkal batang (gummy stem bligt)

Penyebab: Cendawan Mycophaerekka melonis (Passerini) Chiu et Walker.
Gejala:  pangkal batang yang terserang mula-mula seperti tercelup minyak kemudian keluar lendir berwarna merah coklat dan kemudian tanaman layu dan mati; daun tanaman yang terserang akan mengering apabila meremas seperti kerupuk dan berbunyi kresek-kresek apabila angin menerpa.

Pengendalian:

  • Penggunaan mulsa PHP untuk mencegah kelembaban di sekitar pangkal batang dan mencegah luka di perakaran maupun pangkal batang karena penyiangan
  • Daun-daun tanaman yang terserang bersihkan lalu semprot dengan fungisida Derasol 500 SC (carbendazim) dengan konsentrasi 1–2 ml/liter
  • Pangkal batang yang terserang oles dengan larutan fungisida Calixin 750 EC (tridemorph) dengan konsentrasi 5 m/liter.

3.  Gulma

Gulma (tumbuhan pengganggu) merugikan tanaman, karena bersaing zat hara, tempat tumbuh dan cahaya. Pencabutan gulma harus  sejak tumbuhan masih kecil, karena jika sudah besar akan merusak perakaran tanaman melon.

6. PANEN

1. Ciri dan Umur Panen

a. Tanda/ciri Penampilan Tanaman Siap Panen

  • 1) Ukuran buah sesuai dengan ukuran normal
  • 2) Serat jala pada kulit buah sangat nyata/kasar
  • 3) Warna kulit hijau kekuningan.

b. Umur Panen + 3 bulan setelah tanam.
c. Waktu Pemanenan yang baik adalah pada pagi hari.

2. Cara Panen

  • Potong tangkai buah melon dengan pisau, sisakan minimal 2,0 cm untuk memperpanjang masa simpan buah.
  • Potong tangkai berbentuk huruf “T”, maksudnya agar tangkai buah utuh dan kedua sisi atasnya merupakan tangkai daun yang telah dipotong daunnya.
  • Pemanenan dilakukan secara bertahap, dengan mengutamakan buah yang benar-benar telah siap panen.
  • Buah yang telah panen kumpulkan di suatu tempat untuk disortir. Kerusakan buah akibat terbentur/cacat fisik lainnya, sebaiknya hindari karena akan mengurangi harga jual terutama di swalayan.

3. Periode Panen

Panen lakukan secara bertahap, dengan mengutamakan buah yang benar-benar telah siap panen. Seandainya dalam jangka waktu 3-5 bulan mendatang harga melon mungkin jatuh. Maka alternatif untuk rotasi tanaman yang dapat menggunakan lahan bekas menanam melon adalah cabai.

Karena lahan yang tersedia tidak perlu perubahan. Hanya mulsa PHP buka dan dosis pemupukan tambahkan 50%.
Bila dalam jangka waktu 4 bulan berikutnya  harga melon meningkat, maka lahan bekas sawah tanami padi terlebih dahulu untuk satu musim tanam.

Alasannya adalah dari segi kormesial tanaman padi kurang menguntungkan, tapi dari segi pemutusan siklus hidup hama dan penyakit sangat menguntungkan. Hal ini  karena hama dan penyakit yang mengisap oksigen (aerob) akan mati dengan kondisi tanah yang terendam air (anaerob). Setelah menanam padi selesai, menanam tanaman melon  akan berproduksi tinggi dengan risiko serangan hama dan penyakit yang lebih rendah.

4. Prakiraan Produksi

Untuk mengetahui jumlah produksi ,  bagian pemasaran harus melakukan penelitian pasar. Untuk luas satu hektar tanaman melon bisa  menghasilkan buah melon 10–15 ton, maka memanennya harus secara bertahap. Misalnya minggu I menanam seluas 2.000 m2 , minggu II menanam seluas 2.000 m2 , dan seterusnya. Hal ini untuk tingkat kontinuitas produksi akan tercapai dan resiko tidak terjualnya buah melon akan terhindar.

7. Pasca Panen Melon

Pascapanen merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan setelah melon dipanen. Kesalahan penanganan dalam pascapanen akan mempengaruhi kwalitas/penampilan buah melon.

1. Pengumpulan

Buah-buah melon yang telah dipanen dikumpulkan pada suatu tempat untuk segera disortir. Saat panen kerusakan buah sebaiknya dihindari akibat terbentur atau cacat fisik lainnya, karena akan mengurangi harga jual terutama untuk konsumsi pasar swalayan.

2. Penyortiran dan Penggolongan

Melon yang telah panen, angkut dan kumpulkan di suatu tempat kemudian sortasi. Buah yang sehat dan utuh pisahkan dari buah yang cacat fisik maupun cacat karena serangan hama dan penyakit. Buah melon yang berkualitas bagus kemudian lakukan penggolongan melon berdasarkan tiga kelas.

  • M1 yaitu melon berbobot 1,5 kg/lebih jaring berbentuk sempurna.
  • Kelas M2 yaitu melon berbobot 1–1,5 kg jaringnya terbentuk hanya 70% saja.
  • Kelas M3 yaitu bobot buahnya bervariasi dengan jaring sedikit atau tidak berbentuk sama sekali. Hal ini terjadi karena tanaman belum saatnya dipanen tapi telah mati terlebih dahulu akibat serangan hama.

3. Penyimpanan

Buah melon yang sudah petik, tidak boleh bertumpuk satu sama lain. Bagian yang belum terangkut simpan dalam gudang penyimpanan. Tatat buah secara rapi dengan dilapisi jerami kering. Tempat penyimpanan buah harus bersih, kering dan bebas dari hama seperti kecoa atau tikus. Melon yang sudah terlalu masak jangan satukan dengan buah yang setengah masak (mengkal). Bila ada buah yang mulai busuk harus jauhkan dari tempat penyimpanan.

4. Pengemasan dan Pengangkutan

Kemasan untuk melon bisa terbuat dari kayu biasa dan banyak memiliki lubang angin. Cara menyusunnya, bagian dasar kotak beri jerami kering yang cukup tebal, kemudian melon berikan jerami juga di bagian atas buahnya. Sebelum menutup kotak, buah melon beri lapisan jerami lagi.

Selain dari kotak, pengemasan bisa juga menggunakan rajutan benang yang mirip jala, kemudian masukkan dalam kemasan karton. Dalam karton masih lapisi dengan jerami kering atau kertas hancuran. Dengan kemasan seperti ini akan lebih terjamin daripada dengan menggunakan kotak dari kayu (cara tradisional).

Kendaraan  untuk mengangkut buah melon ke pasar tergantung jarak tempuh. Buah ekspor biasanya harus dengan packing secara khusus dengan peti kemas yang terbuat dari kayu, karton atau kotak plastik. Di kargo pesawat, peti kemas melon harus masuk ke dalam kontainer pendingin agar buah tetap segar jika sampai ke tempat tujuan.

Penutup

Budidaya melon harus  secara cermat dan tetap selalu waspada. Walau berdasarkan analisis budidaya agribisnis melon menunjukkan prospek yang menjanjikan, tapi suatu ketika penyemprotan tertunda atau hal-hal sepele lainnya yang tidak jadi perhatian maka keuntungan  menjadi sirna seketika.

Scroll to Top