Salah satu tanaman Tanaman Obat Keluarga (TOGA) yang menarik perhatian adalah Daun Dewa atau Gynura pseudochina. Daun Dewa telah menjadi bahan pengobatan tradisional selama berabad-abad dan memiliki sejumlah manfaat yang menakjubkan.

Apa itu Daun Dewa?
Daun Dewa (Gynura pseudochina) adalah tanaman herbal yang berasal dari India. Tanaman ini memiliki daun berbentuk seperti telur dengan tekstur yang kasar dan bergerigi. Daun Dewa sebagai tanaman obat yang dimanfaatkan daun dan umbi nya.
Manfaat Daun Dewa
Daun Dewa sebagai tanaman obat yang daun dan umbi nya mempunyai manfaat. Berikut contoh manfaat keduanya.

Untuk mengobati benjolan karena gumpalan darah, memar, tulang patah dan pendarahan sehabis lahiran.
Teknik budidaya tanaman daun dewa
Budidaya tanaman daun dewa (Gynura pseudochina (Lour.) DC.), ada beberapa tahap.
Daun dewa dapat tumbuh pada daratan rendah sampai ketinggian 1.200 m dpl (dari permukaan air laut). Di dataran tinggi, daun dewa bisa berbunga dengan warna kuning, tetapi jika lokasi tanam di dataran rendah jarang yang berbunga.
Sementara itu, tanaman tersebut dapat tumbuh di daerah yang beriklim sedang sampai basah dengan curah hujan antara 1.500-3.500 mm/tahun dengan tanah yang agak lembap sampai lembap dan subur.
2. Penyiapan Lahan
Cangkul tanah dengan kedalaman yang cukup sekitar lapisan tanah permukaannya (top soils), kemudian bersihkan dari tanaman-tanaman penganggu, sisa-sisa tanaman-tanaman guna dapat menjadi pupuk hijau.
Pemupukan dengan pupuk kandang adalah lebih baik. Selanjutnya bentuk larikan-larikan atau lubang-lubang tanaman bagi tanaman yang
pertumbuhannya besar. Biarkanlah lahan itu untuk sementara waktu.
3. Pembibitan
Perbanyakan daun dewa dapat dengan menggunakan setek cabang skunder, umbi, atau tunas anakan. Dengan menggunakan media tanam yaitu campuran antara tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 70 : 30 atau 50 : 50.
Perbanyakan tanaman daun dewa dapat melalui tiga cara yaitu :
1. Perbanyakan dengan cara setek batang.
- Mula-mula, dipilih batang tanaman yang tidak terlalu tua ataupun terlalu muda, yang memiliki ketinggian lebih kurang 10-12 cm.
- Batang tersebut dipotong dengan pisau atau gunting yang tajam dan steril/bersih.
- Pangkal setek dipotong dengan kemiringan 45º agar daerah tumbuh perakaran menjadi lebih luas dengan pangkal, dibuang. Untuk mempercepat pertumbuhan akar dapat digunakan ZPT.
- Setek ditanam di persemaian sementara atau di dalam polibag dengan cara dibenamkan sepertiga bagiannya ke dalam media tanam. Media tanam untuk persemaian terdiri atas campuran tanah dan pupuk kandang atau kompos dengan perbandingan (70-50%) : (30-50%).
- Pesemaian harus disiram setiap hari. Pemeliharaan pesemaian berlangsung sekitar satu bulan. Setek juga dapat langsung ditanam di areal produksi.
2. Perbanyakan dengan tunas akar
- Siapkan lahan pembibitan (dapat berupa bedengan) dengan ukuran 2 m x 5 m (menyesuaikan dengan kebutuhan bibit).
- Pilih umbi daun dewa yang memiliki kenampakan baik dan masih segar, tidak terserang jamur, dan memiliki prospek tunas cukup banyak.
- Semaikan umbi tersebut dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm.
- Anakan/tunas yang tumbuh cabut atau pisahkan (dengan ataupun tanpa akar) dengan menggunakan alat bantu berupa pisau atau gunting. Penanaman tunas dengan cara seperti penanaman setek batang. Tunas untuk tanam harus sudah memiliki daun yang telah terbuka secara sempurna.
3. Perbanyakan dengan umbi

- Pilih umbi daun dewa yang memilki kenampakan baik dan masih segar, tidak terserang jamur, serta memiliki prospek tunas yang cukup banyak.
- Semaikan umbi tersebut d hingga tunas-tunas tumbuh (bermunculan), atau dapat langsung tanam di lahan produksi.
- Pindahkan umbi yang telah bertunas pindahkan ke lahan persiapan, setiap lubang tanam yang sudah dibuat cukup tanami satu tunas saja. Jika tidak menggunakan lubang tanam, dapat menggunakan larikan-larikan memanjang searah dengan arah bedengan.
4. Penanaman
Tanaman daun dewa akan tumbuh dengan baik jika tempat penanaman ternaungi sekitar 25 %. Naungan yang terlalu tinggi dan terlalu rapat akan menyebabkan timbulnya embun tepung yang menutupi permukaan daun, dengan gejala yang terlihat adanya warna hitam (Priadi, 2004).
Penanaman daun dewa paling baik pada awal musim hujan. Namun, pengalaman beberapa petani di beberapa daerah menunjukkan bahwa ternyata penamanan yang paling cocok adalah pada saat akhir musim hujan, terutama di daerah-daerah yang memiliki kelembapan tinggi dan air tanah cukup memadai (Priadi, 2004).
Penanaman daun dewa dapat dengan cara :
- Umbi tanaman bisa langsung tanam. Dalam beberapa hari, di atas umbi akan tumbuh anakan.
- Jika tingginya sudah mencapai 15–20 cm, anakan biasa pisahkan dari umbinya, selanjutnya anakan tanpa akar tersebut dapat tanam kembali.
- Jika tanaman sudah tua, dari atas tanaman timbul tangkai-tangkai anakan. Jika tingginya sudah mencapai 15 cm, potong dan tanam kembali.
5. Pemupukan
Pemupukan sebaiknya menggunakan pupuk organik berupa pupuk kandang atau kompos. Pemberian pupuk 3-7 hari sebelum penanaman dengan cara aduk dengan tanah di dalam lubang tanam.
6. Perawatan Tanaman
Perawatan yang paling penting pada tanaman daun dewa adalah penyiraman dan penyiangan atau pemberantasan rumput-rumput dan tumbuhan panjang (gulma) harus dilakukan secara rutin. Penyiangan dapat dilakukan secara manual, yakni dicabut dengan menggunakan tangan.
a. Pemupukan susulan
b. Penyiangan
7. Penanggulangan Hama dan Penyakit
Hama yang menyerang daun dewa adalah ulat jengkal (Nyctemera coleta) dan kumbang Psylliodes sp. Ulat jengkal memakan habis daun yang tersisa hanya tulang daun. Sementara itu, serangan kumbang mengakibatkan daun menjadi lubang-lubang. Untuk mengurangi serangan hama tersebut dapat dengan pemangkasan daun-daun yang rusak, berlubang-lubang, dan daun yang menyentuh tanah. Jika terjadi ledakan hama, perlu digunakan insektisida sintetis, seperti Dikhlorvos atau Fentrotion dengan dosis 1 ml per liter sebanyak 4-5 helai ke arah pucuk.
8. Panen daun dewa
Panen pertama saat tanaman berumur sekitar 4 bulan. Pemanenan dengan cara memetik atau memangkas daun sebanyak 4-5 helai daun ke arah puncak. Di batang bekas pangkasan akan tumbuh tunas-tunas baru yang dapat panen kembali secara bertahap.
9. Penanganan Pascapanen
Kegiatan panen dan penangan pascapanen harus dilakukan secara benar dan hati-hati untuk menjaga kualitas hasil tetap baik hingga ke tangan konsumen. Hampir semua bagian tanaman daun dewa berkhasiat obat, baik batang, daun, maupun umbinya.
BACA JUGA : Pengertian TOGA, Manfaat TOGA, dan Daftar Jenis Tanaman TOGA
- Kumpulkan daun hasil panenan dan masukkan ke dalam wadah untuk memudahkan pengangkutan ke tempat pengumpulan hasil sementara.
- Cuci daun agar terbebas dari kotoran yang menempel, kemudian tiriskan agar airnya terbuang.
- Daun yang telah bersih lalu peram dengan menghamparkan diatas lantai yang telah beralas dengan anyaman bambu (kepang/gribig) dan biarkan selama 1-2 malam agar mengalami pelayuan dan fermentasi. Dalam proses ini daun tidak boleh tumpuk terlalu tebal karena akan mengahasilkan daun kering agar berkualitas jelek dan tidak merata. Selain itu, kemungkinan terserang jamur pembusuk semakin besar.
- Daun yang sudah layu jemur di bawah sinar matahari selama sekitar 3 hari menjadi produk daun kering mati.
- Pengeringan secara berulang-ulang sesuai dengan produksi daun segar yang tersedia dan kapasitas alat pengeringan.
- Selanjutnya, simplisia masukkan ke dalam karung-karung dan simpan di tempat kering dan telah beralas dengan kayu atau bambu terlebih dahulu agar bagian dasar karung tidak bersentuhan langsung dengan lantai. Agar simplisia tidak terserang jamur yang menyebabkan daun kering lapuk.
- Sebelum bisa untuk proses jual, simplisia yang telah lama tersimpan jemur kembali untuk mengontrol kadar airnya serta manghilangkan jamur lapuk berwarna putih.
BACA JUGA : Tanaman Obat Keluarga (TOGA) : Daun Dewa
Penanganan pasca panen pada umbi tanaman daun dewa tidak berbeda jauh dengan penanganan pasca panen bagian daun.
- Umbi harus mendapatkan proses perendaman air panas dalam suhu sekitar 55º C-60º C selama 5-10 menit. Hal ini bertujuan agar warna asli rimpang tidak berubah ketika pengeringan dan juga agar terbebas dari pencemaran mikroorganisme yang membahayakan, misalnya jamur dan bakteri pembusuk.
- Umbi yang sudah layu jemur di bawah sinar matahari selama sekitar 3 hari untuk mendapatkan produk umbi kering mati.
- Pengeringan secara berulang-ulang sesuai dengan produksi daun segar yang tersedia dan kapasitas alat pengeringan. Biasanya pengeringan sampai kadar air mencapai 9%-10%
Pengelolaan pasca panen tanaman obat untuk membuat bahan tanaman obat menjadi simplisia yang siap konsumsi oleh masyarakat umum, industri obat tradisional ataupun untuk tujuan eksport. Kegiatan yang meliputi prosesing atau pengelolaan bahan sesaat setelah panen sampai tahap penyimpanan dengan tujuan agar mendapat simplisia yang berkualitas serta tetap stabil selama dalam penyimpanan.
