Budidaya Daun Dewa Sebagai Tanaman Obat Keluarga (TOGA)

Tanaman Obat Keluarga (TOGA) semakin populer di kalangan masyarakat karena memiliki banyak manfaat kesehatan dan dapat ditanam di pekarangan rumah. Salah satu tanaman TOGA yang menarik perhatian adalah Daun Dewa atau juga dikenal sebagai Gynura pseudochina. Daun Dewa telah digunakan dalam pengobatan tradisional selama berabad-abad dan memiliki sejumlah manfaat yang menakjubkan.

daun dewa sebagai tanaman toga

Apa itu Daun Dewa?

Daun Dewa (Gynura pseudochina) adalah tanaman herbal yang berasal dari India. Tanaman ini memiliki daun berbentuk seperti telur dengan tekstur yang kasar dan bergerigi. Daun Dewa telah dikenal sebagai tanaman obat yang dimanfaatkan daun dan umbi nya.

Manfaat Daun Dewa

Daun Dewa telah dikenal sebagai tanaman obat yang dimanfaatkan daun dan umbi nya. Berikut contoh manfaat keduanya. 

1. Bagian daunBisa digunkanan untuk TB paru, bronchitis ,batuk rejan, batu ginjal, radang mata,sakit gigi, radang tenggorokan, rematik sendi, pendarahan kandungan, payudara bengkak, kencing manis, darah tinggi,kista, tumor dan digigit binatang berbisa.
2.  Umbi daun dewa
Bisa untuk mengobati  benjolan karena gumpalan darah, memar, tulang patah dan pendarahan sehabis lahiran. 

Teknik budidaya tanaman daun dewa

Budidaya tanaman daun dewa (Gynura pseudochina (Lour.) DC.), ada beberapa tahap yang harus dilakukan. Tahap-tahap tersebut dijelaskan di bawah ini. 

1. Penentuan lokasi tanam

Daun dewa dapat tumbuh pada daratan rendah sampai ketinggian 1.200 m dpl (dari permukaan air laut). Di dataran tinggi, daun dewa bisa berbunga dengan warna kuning, tetapi jika ditanam di dataran rendah jarang yang berbunga. 
Sementara itu, tanaman tersebut dapat tumbuh di daerah yang beriklim sedang sampai basah dengan curah hujan antara 1.500-3.500 mm/tahun dengan tanah yang agak lembap sampai lembap dan subur.

2. Penyiapan Lahan

Tanah harus dicangkul dengan kedalaman yang cukup sekitar lapisan tanah
permukaannya (top soils), kemudian dibersihkan dari tanaman-tanaman
penganggu, sisa-sisa tanaman-tanaman guna dapat dijadikan pupuk hijau.
Pemupukan dengan pupuk kandang adalah lebih baik. Selanjutnya di bentuk
larikan-larikan atau lubang-lubang tanaman bagi tanaman yang
pertumbuhannya besar. Biarkanlah lahan itu untuk sementara waktu.

Selanjutnya, pada lahan penanaman yang telah disiapkan dibuat bedengan-bedengan selebar 2 m dengan panjang disesuaikan lahan. 
Pada bedengan tersebut dibuat lubang tanam dengan ukuran sekitar 20 cm x 20 cm x 20 cm.

3. Pembibitan

Perbanyakan daun dewa dapat dilakukan dengan menggunakan setek cabang skunder, umbi, atau tunas anakan. Dengan menggunakan media tanam yaitu campuran antara tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 70 : 30 atau 50 : 50.
Perbanyakan tanaman daun dewa dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu :

1. Perbanyakan dengan cara setek batang.
Tahap-tahap perbanyakan ini adalah  :   
  • Mula-mula, dipilih batang tanaman yang tidak terlalu tua ataupun terlalu muda, yang memiliki ketinggian lebih kurang 10-12 cm.
  • Batang tersebut dipotong dengan pisau atau gunting yang tajam dan steril/bersih.
  • Pangkal setek dipotong dengan kemiringan 45º agar daerah tumbuh perakaran menjadi lebih luas dengan pangkal, dibuang. Untuk mempercepat pertumbuhan akar dapat digunakan ZPT.
  • Setek ditanam di persemaian sementara atau di dalam polibag dengan cara dibenamkan sepertiga bagiannya ke dalam media tanam. Media tanam untuk persemaian terdiri atas campuran tanah dan pupuk kandang atau kompos dengan perbandingan (70-50%) : (30-50%).
  • Pesemaian harus disiram setiap hari. Pemeliharaan pesemaian berlangsung sekitar satu bulan. Setek juga dapat langsung ditanam di areal produksi.

2. Perbanyakan dengan tunas akar.
Perbanyakan tanaman daun dewa dengan tunas akar dapat dilakukan melalui beberapa langkah sebagai berikut :
  • Disiapkan lahan pembibitan (dapat berupa bedengan) dengan ukuran 2 m x 5 m (menyesuaikan dengan kebutuhan bibit).
  • Dipilih umbi daun dewa yang memiliki kenampakan baik dan masih segar, tidak terserang jamur, dan memiliki prospek tunas cukup banyak.
  • Umbi tersebut disemaikan dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm.
  • Anakan/tunas yang tumbuh dicabut atau dipisahkan (dengan ataupun tanpa akar) dengan menggunakan alat bantu berupa pisau atau gunting. Penanaman tunas dilakukan dengan cara seperti penanaman setek batang. Tunas yang ditanam harus sudah memiliki daun yang telah terbuka secara sempurna.
3. Perbanyakan dengan umbi.
 
 

bibit tanaman daun dewa

Penanaman tanaman daun dewa dengan menggunakan umbinya secara langsung dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :
  • Dipilih umbi daun dewa yang memilki kenampakan baik dan masih segar, tidak terserang jamur, serta memiliki prospek tunas yang cukup banyak.
  • Umbi tersebut disemaikan hingga tunas-tunas tumbuh (bermunculan), atau dapat langsung ditanam di lahan produksi.
  • Umbi yang telah bertunas dipindahkan ke lahan yang telah disiapkan, setiap lubang tanam yang sudah dibuat cukup ditanami satu tunas saja. Jika tidak menggunakan lubang tanam, dapat menggunakan larikan-larikan memanjang searah dengan arah bedengan.

4. Penanaman

Tanaman daun dewa akan tumbuh dengan baik jika tempat penanaman ternaungi sekitar 25 %. Naungan yang terlalu tinggi dan terlalu rapat akan menyebabkan timbulnya embun tepung yang menutupi permukaan daun, dengan gejala yang terlihat adanya warna hitam (Priadi, 2004).
Penanaman daun dewa paling baik dilakukan pada awal musim hujan. Namun, pengalaman beberapa petani di beberapa daerah menunjukkan bahwa ternyata penamanan yang paling cocok adalah pada saat akhir musim hujan, terutama di daerah-daerah yang memiliki kelembapan tinggi dan air tanah cukup memadai (Priadi, 2004).
Penanaman daun dewa dapat dilakukan dengan cara :

  • Umbi tanaman bisa langsung ditanam. Dalam beberapa hari, di atas umbi akan tumbuh anakan.
  • Jika tingginya sudah mencapai 15–20 cm, anakan biasa dipisahkan dari umbinya, selanjutnya anakan tanpa akar tersebut dapat ditanam kembali.
  • Jika tanaman sudah tua, dari atas tanaman timbul tangkai-tangkai anakan. Jika tingginya sudah mencapai 15 cm, dipotong dan ditanam kembali.

5. Pemupukan

Pemupukan sebaiknya menggunakan pupuk organik berupa pupuk kandang atau kompos. Pupuk diberikan 3-7 hari sebelum penanaman dengan cara diaduk dengan tanah di dalam lubang tanam.

6. Perawatan Tanaman

Perawatan yang paling penting pada tanaman daun dewa adalah penyiraman dan penyiangan atau pemberantasan rumput-rumput dan tumbuhan panjang (gulma) harus dilakukan secara rutin. Penyiangan dapat dilakukan secara manual, yakni dicabut dengan menggunakan tangan.

a. Pemupukan susulan
Pemupukan yang tepat akan meningkatkan jumlah daun, cabang, dan bobot umbi. Sebagai pupuk dasar, dapat digunakan pupuk kandang atau pupuk kompos dengan dosis 0,3-0,5 kg/lubang tanam atau setara dengan 15-20 ton/ha. 
Pupuk diberikan 3-7 hari sebelum penanaman, diaduk dengan tanah di dalam lubang tanam. Pemupukan selanjutnya dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk daun, terutama bila tanaman tampak kekurangan unsur hara. 
Dosis dan waktu pemberian pupuk daun disesuaikan dengan rekomendasi dari jenis pupuk yang digunakan (Priadi, 2004).
b. Penyiangan
Penyiangan tanaman-tanaman liar perlu dilakukan agar tidak menganggu pertumbuhan tanaman yang sedang dipelihara, demikian pula pemberantasan hama dan penyakit tanaman.

7. Penanggulangan Hama dan Penyakit

Hama yang menyerang daun dewa adalah ulat jengkal (Nyctemera coleta) dan kumbang Psylliodes sp. Ulat jengkal memakan habis daun yang tersisa hanya tulang daun. Sementara itu, serangan kumbang mengakibatkan daun menjadi lubang-lubang. Untuk mengurangi serangan hama tersebut dapat dilakukan pemangkasan daun-daun yang rusak, berlubang-lubang, dan daun yang menyentuh tanah. Jika terjadi ledakan hama, perlu digunakan insektisida sintetis, seperti Dikhlorvos atau Fentrotion dengan dosis 1 ml per liter sebanyak 4-5 helai ke arah pucuk.

8. Panen daun dewa

Panen pertama dapat dilakukan saat tanaman berumur sekitar 4 bulan. Pemanenan dilakukan dengan cara memetik atau memangkas daun sebanyak 4-5 helai daun ke arah puncak. Di batang bekas pangkasan akan tumbuh tunas-tunas baru yang dapat dipanen kembali secara bertahap.

9. Penanganan Pascapanen

Kegiatan panen dan penangan pascapanen harus dilakukan secara benar dan hati-hati untuk menjaga kualitas hasil tetap baik hingga ke tangan konsumen. Hampir semua bagian tanaman daun dewa berkhasiat obat, baik batang, daun, maupun umbinya. 

 
Lazim digunakan dan sesuai dengan permintaan pasar adalah daun dan umbinya. Keduanya dapat dipanen dan dipasarkan dalam bentuk segar maupun kering (simplisia). Untuk itu, dibutuhkan penanganan secara tepat, benar dan teliti (Priadi, 2004).
 
BACA JUGA : Pengertian TOGA, Manfaat TOGA, dan Daftar Jenis Tanaman TOGA
Penyediaan simplisia yang bermutu merupakan serangkaian kegiatan mulai dari budidaya tanaman, pemanenan dan pengolahan lepas panen. Sebelum ke pengelolaan pasca panen tanaman obat, perlu kiranya ditambahkan kapan waktu yang tepat untuk melakukan panen suatu tanaman obat (Katno, 2004).
Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif dalam bagian tanaman yang dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang besar. Disamping waktu panen yang dikaitkan adalah umur tanaman, yang perlu diperhatikan pula saat panen dalam sehar
Penanganan pasca panen daun, tanaman daun dewa dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

  1. Daun hasil panenan dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam wadah untuk memudahkan pengangkutan ke tempat pengumpulan hasil sementara.
  2. Daun dicuci agar terbebas dari kotoran yang menempel, kemudian ditiriskan agar airnya terbuang.
  3. Daun yang telah bersih diperam dengan menghamparkan diatas lantai yang telah dialasi dengan anyaman bambu (kepang/gribig) dan dibiarkan selama 1-2 malam agar mengalami pelayuan dan fermentasi. Dalam proses ini daun tidak boleh ditumpuk terlalu tebal karena akan mengahasilkan daun kering agar berkualitas jelek dan tidak merata. Disamping itu, kemungkinan terserang jamur pembusuk semakin besar.
  4. Daun yang sudah dilayukan dijemur di bawah sinar matahari selama sekitar 3 hari diperoleh produk daun kering mati.
  5. Pengeringan dilakukan secara berulang-ulang sesuai dengan produksi daun segar yang tersedia dan kapasitas alat pengeringan.
  6. Selanjutnya, simplisia dimasukkan ke dalam karung-karung dan disimpan di tempat kering dan telah dialasi dengan kayu atau bambu terlebih dahulu agar bagian dasar karung tidak bersentuhan langsung dengan lantai. Agar simplisia tidak terserang jamur yang menyebabkan daun kering lapuk.
  7. Sebelum dijual, simplisia yang telah lama tersimpan dijemur kembali untuk mengontrol kadar airnya serta manghilangkan jamur lapuk berwarna putih.

Penanganan pasca panen pada umbi tanaman daun dewa tidak berbeda jauh dengan penanganan pasca panen yang diambil daunnya. 

  1. Disini, umbi harus dilakukan perendaman air panas dalam suhu sekitar 55º C-60º C selama 5-10 menit. Hal ini bertujuan agar warna asli rimpang tidak berubah ketika dikeringkan dan juga agar terbebas dari pencemaran mikroorganisme yang membahayakan, misalnya jamur dan bakteri pembusuk. 
  2. Umbi yang sudah dilayukan dijemur di bawah sinar matahari selama sekitar 3 hari diperoleh produk daun kering mati.
  3. Pengeringan dilakukan secara berulang-ulang sesuai dengan produksi daun segar yang tersedia dan kapasitas alat pengeringan. Biasanya pengeringan yang dilakukan sampai kadar air mencapai 9%-10%

Pengelolaan pasca panen tanaman obat ditujukan untuk membuat bahan tanaman obat menjadi simplisia yang siap dikonsumsi oleh masyarakat umum, industri obat tradisional ataupun untuk tujuan eksport. Kegiatan yang meliputi prosesing atau pengelolaan bahan sesaat setelah panen sampai tahap penyimpanan dengan tujuan agar diperoleh simplisia yang berkualitas serta tetap stabil selama dalam penyimpanan. 

Penutup

Daun Dewa adalah tanaman obat keluarga yang sangat berharga karena manfaat kesehatannya yang luar biasa. Budidaya tanaman ini di pekarangan rumah Anda bisa menjadi langkah positif untuk meningkatkan kesehatan keluarga dan mengurangi ketergantungan pada obat-obatan kimia. Dengan perawatan yang tepat, Daun Dewa dapat menjadi aset berharga bagi kehidupan sehari-hari Anda.
Jadi, jika Anda ingin memulai perjalanan budidaya tanaman obat keluarga yang bermanfaat, pertimbangkan untuk menanam Daun Dewa di pekarangan rumah Anda. Semoga artikel ini bermanfaat untuk membantu Anda memahami manfaat dan cara budidaya Daun Dewa sebagai tanaman obat keluarga.

Scroll to Top