Budidaya Tanam Bayam Biji

Yuk Bagikan ..

 Teknologi budidaya bayam biji yang cocok untuk situasi dan kondisi agroekosistem Indonesia belum diketahui. Hal tersebut disebabkan karena arti penting ekonomi tanaman bayam biji yang dipanen bijinya belu disadari. Meskipun begitu, mengingat bahwa tanaman bayam biji adalah termasuk tanaman yang mampu beradaptasi pada berbagai ekosistem dan sangat tanggap terhadap masukan pertanian yang sederhana sekalipun, maka kaidah umum teknologi budidaya tanaman lain yang sebanding mungkin dapat diujicobakan untuk tanaman bayam biji di Indonesia.

Bayam biji (Bayam spesies Amaranthus cruentus)
bayam biji

 

Budidaya tanam bayam biji

Uraian tentang syarat tumbuh dan cara pengelolaan tanah untuk bayam biji sama dengan untuk bayam cabut. Kaidah-kaidah yang perlu dikembangkan lebih lanjut antar lain adalah :

Benih bibit dan pembibitan

Biji yang akan digunakan untuk benih harus berasal dari tanaman-tanaman yang menunjukkan pertumbuhan yang sehat dan subur. Biji dipanen pada waktu musim kemarau dan hanya dipilih tandan yang sudah tua (masak). Tandan harus dijemur beberapa hari, kemudian biji dirontokkan dari tandan dan dipisahkan dari sisa-sisa tanaman. Untuk memproduksi bibit bagi satu hektar kebun yang berisi 25000-40000 tanaman, kemungkinan dibutuhkan sekitar 1-2 kg benih. 

Bayam biji (Amaranthus hypochondriacus)
Bayam biji (Amaranthus hypochondriacus)

Lahan untuk pembibitan dipilih yang lebih tinggi dari sekitarnya dan bebas dari hama dan penyakit tanaman maupun gulma. Pembibitan diberi atap plastik atau atap jerami padi. Benih bayam disebar merata atau berbaris-baris pada tanah persemaian dan ditutup dengan selapis tanah tipis. Persemaian perlu disiram dengan teratur dan hati-hati.
Setelah bibit tumbuh berumur sekitar 7-14 hari, bibit dipindah-tanam ke dalam pot-pot daun pisang atau kantong plastik es mambo yang sebelumnya telah diisi dengan medium tumbuh campuran tanah dan pupuk organik halus (1:1). Bibit dalam pot disiram teratur, dan setelah berumur sekitar 7-14 hari setelah in, bibit tersebut telah siap untuk dipindah-tanam ke lapangan.

Teknik bertanam dan pemeliharaan

Perlu dicoba dua cara bertanam yaitu cara bedengan dua baris tanaman dan tanpa bedengan satu baris tanaman, cara yang terakhir ini lebih cocok diterapkan di daerah dataran tinggi. Lahan yang akan ditanami dicangkul sedalam 30-40 cm, bongkah tanah dipecah gulma dan suluruh sisa tanaman diangkat dan disingkirkan lalu diratakan. 

Kemudian dibuat bedengan dengan lebar sekitar 120 cm atau 160 cm, tergantung jumlah populasi tanaman yang akan ditanam nanti. Dibuat parit antar bedengan selebar 20-30 cm, ke dalam 30 cm untuk drainase.
Pada bedengan dibuat lubang-lubang tanam, jarak antar barisan 60-80 cm, jarak antar lubang (dalam barisan) 40-50 cm. Oleh karena itu akan diperoleh jarak tanaman apakah 60 cm x 50 cm atau 80 cm x 40 cm.
Jarak tanam tersebut dapat divariasikan sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan jenis bayam sehingga populasi tanaman per hektar berkisar antara 30000-60000 tanaman. 
Selanjutnya diberi pupuk organik, untuk tiap lubang calon tanaman sekitar 0,4-0,8 kg. Dengan demikian kuantum pupuk organik akan berkisar 15-30 ton. Untuk pertanaman di dataran rendah bekas sawah, pupuk organik tidak diberikan atau diberikan dalam jumlah lebih sedikit, tetapi tinggi bedengan perlu ditambah atau dalamnya parit antar bedengan perlu diperdalam. Pupuk organik yang diberikan adalah pupuk N (Urea sekitar 250 kg/ha atau ZA 500 kg.ha), TSP 300 kg/ha dan KCl 200 kg/ha. N diberikan dua kali, setengah takaran pada waktu tanam dan yang stengah lagi pada umur 30 hari setelah tanam. 

Apabila ternyata nanti pertumbuhan tanaman kurang subur, maka dapat dipertimbangkan untuk memberi pupuk N susulan dengan takaran sekitar 125 kg/ha, interval sekitar 30 hari dan dihentikan 30 hari sebelum panen. Pupuk P diberikan sekali pada waktu tanam, sedangkan pupuk K diberikan dua kali, setengah takaran pada waktu tanam dan setengahnya lagi pada umur 30 hari setelah tanam.
Pemeliharaan tanaman perlu dilakukan terus-menerus yaitu  penyiangan, dilakukan bersamaan dengan pendagiran dan pengguludan bedengan dan barisan tanaman. Apabila perawakan tanaman terlalu subur, mungkin perlu perompesan tunas-tunas liar dan pemasangan ajir/turus untuk memperkuat tegaknya tanaman agar tidak
rebah.

Pengendalian hama dan penyakit

Meskipun secara relatif jenis dan komposisi hama dan penyakit bayam tidak sebanyak seperti tanaman sayur yang lain, tetapi karena bayam biji dtanam monokultur, dalam areal yang relatif luas, tanam serempak secara intensif, sistem demikian akan mengundang datangnya organisme penganggu tanaman (OPT). Penyakit yang sering dijumpai
kemungkinannya adalah penyakit rebah kecambah di pembibitan disebabkan oleh cendawan Pythium sp. Dan atau Rizoctonia solani, penyakit busuk basah batang muda dan daun Choaenophora sp., bercak daun Erospora beticola dan karat putih Albugo bliti.
Penyakit tanaman biasanya banyak menyerang pada musim hujan. Hama tanaman yang mungkin harus dihadapi antara lain adalah ulat Plusia sp. Dan Prodenia litura, lalat polifogus Liriomyza sp., kutudaun Thrips spp. dan Myzus persicae dan tungau daun Polyphagotarsonemus latus.
Hama tanaman kebanyakan menyerang hebat pada waktu musim kemarau. Selain itu akan dijumpai pula kumbang Diabotrica sp. dan berbagai belalang sebagai hama sekunder maupun primer, tergantung ekosistem, spesies bayam, musim dan anggota rotasi tanaman sebelumnya.
Taktik atau cara pengendalian OPT adalah :
Secara budidaya (kultur teknik); pola tanam, sanitasi, waktu tanam, pemupukan, pengolahan tanah, tanaman perangkap OPT, tanam serempak, varietas, varietas tahan OPT.

  • Secara mekanis: pengumpulan dan membinasakan OPT dengan berbagai alat.
  • Secara fisik : faktor-faktor fisik perlu dimanfaatkan antara lain suhu (panas/dingin), kelembaban, cahaya, suara.
  • Secara biologi/hayati: pemanfaatan musuh alami OPT baik yang berupa predator, parasit, parasitoid.
  • Cara genetika : misalnya teknik jantan mandul baik menggunakan radiasi maupun senyawa kimia.
  • Cara kimiawi : pengendalian OPT menggunakan pestisida, baik pestisida sintetis maupun pestisida biorasional (yang berasal dari tanaman maupun jasad renik). Penyemprotan pestisida dilakukan apabila populasi OPT sudah mencapai tingkat ambang ekonomi. Pestisida yang digunakan adalah yang selektif tetapi efektif dan tidakpersisten. Contoh-contoh pestisida sintetis yang mungkin dapat dianjurkan untuk mengendalikan OPT bayam biji antara lain adalahinsektisida biologis (Bactospeine, Dipel, Florbac, Thuricide), insektisida piretroid (Permetrin, Sipermetrin) dan atau insektisida lain yang memiliki LD-50 tinggi toksisitas rendah (Chemithion/malathion, Dedevap/diklorvos; keduanya periode aman sekitar 7 hari).

Dapat juga dianjurkan insektisida piretroid seperti Ambush, Decis dan sebagainya (periode aman sekitar 4 hari). Contoh-contoh fungisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit tanaman bayam biji antara lain benomil (Agrosid, benlate), propineb (Anthracol), klorotalonil (Daconil), karbendazim (Delsene), mankozed (Dimazeb, Dithane M-45, Vondozeb), triofanat metil (Topsin M), kaptafol (Zincofol) dan lain-lainnya. 

Panen, Pascapanen dan Pengolahan Hasil

a. Panen
Menentukan waktu dan cara panen bayam biji adalah keputusan yang paling krusial bagi budidaya bayam biji. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya adalah tipe pertumbuhan bayam yang tidak menentu batasnya antara pertumbuhan vegetatif dan generatif (indeterminate). Umur panen tersebut juga beragam antar spesies (C. cruetus, A. caudatus dan A. hypochondriacus), bahkan bervariasi pula untuk masing-masing kelompok tipe morfologi (Aztec, Mercado, Mexican, nepal dan lainnya).
Selain itu, umur tanaman juga sangat berbeda untuk agroekosistem dan teknik budidaya yang berbeda. Untuk budidaya bayam biji yang berpengairan teknis maka waktu panen untuk bayam biji dapat sedikit banyak diseragamkan dengan cara menghentikan pengairan yaitu 3 minggu sebelum panen. Petani di lembah-lembah pegunungan Andes menyeragamkan waktu panen dengan jalan memotong tanaman di bagian permukaan tanah, mengikat berangkasan tanaman bayam dan mengeringkannya selama 1-2 minggu.
Umur panen yang beragam tersebut dapat berkisar antara 70 sampai 120 hari di Kenya (Gupta dan Thimba 1992), antara 135 sampai dengan 160 hari di Mexico (Espitia 1992), lebih dari 180 hari di Peru (Sumar dkk. 1992), lebih singkat yaitu antara 70 sampai 130 hari di Thailand (Duriyaprapan dkk. 1992), bervariasi sekitar 4 sampai 5 bulan untuk berbagai spesies di Thailand juga (Enthong dkk. 1992).
Untuk Indonesia dan 4-5 bulan untuk A. hypochondriacus di dataran rendah. Umur panen tersebut pastikan akan lebih lama sekitar satu bulan apabila bayam biji tersebut
dibudidayakan di dataran tinggi. Sebagai patokan kematangan mungkin dapat digunakan kriteria derajat mengeringnya tandan bunga raja yaitu tandan bunga terbesar dan terpanjang yang biasanya tumbuh di ujung batang. Biji yang sudah kering dari bayam sangat mudah rontok apabila kelewatan masak dan terkena goyangan. Oleh karena itu tindakan panen harus sangat hati-hati, pangkal tangkai tandan bunga dipotong dengan alat pemotong yang tajam dan tandan segera dimasukkan ke dalam kantong plastik yang kering. Waktu panen sebaiknya pada cuaca cerah yang tenang angin.
Apabila cara panen kurang hati-hati dan angin bertiup keras maka akan banyak biji yang rontok, tumbuh dan menjadi gulma untuk tanaman mendatang. Pemanenan juga dilakukan terhadap tandan bunga sampingan yang sering tumbuh dari ketiak daun, meskipun derajat kematangannya tidak sama.

b. Pascapanen

Penanganan terhadap produk pertanian pascapanen harus tetap hati-hati karena produk tersebut adalah benda hidup yang rentan terhadap perlakuan kasar. Mutu produk tidak dapat ditingkatkan setelah panen, tetapi laju penurunan mutu produk tersebutlah yang dapat diperlambat dengan berbagai teknik pasca panen.
Tandan-tandan bunga kering berisi biji-biji bayam dengan hati-hati diletakkan di atas alas plastik kering, dijemur di dalam suatu ruangan penjemuran khusus yang dibuat untuk maksud tersebut yang kering dan tenang angin. Tandan yang sudah kering tersebut dirontok bijinya dengan mesin perontok khusus untuk produk biji kecil.
Mesin perontok biji tersebut dilengkapi dengan saringan bermata saring 1,6 mm dan masih dilengkapi lagi dengan kipas angin yang dapat diatur kekuatan aliran udaranya. Dengan dasar cara pascapanen tersebut diharapkan biji-biji bayam dapat dipisahkan dari sisa-sisa tanaman dan kotoran lainnya. Biji bayam yang sudah bersih, mungkin perlu dikeringkan lagi dan disimpan dalam kantong-kantong plastik, semua ditempatkan dalam gudang yang kering, dingin, gelap dan bersih.

c. Pengolahan hasil

Tepung biji bayam mengandung nutrisi yang sangat tinggi, khususnya kandungan asam amino lysine. Warna tepung yang ringan, aroma yang sedap serta tidak mengandung zat antinutrisi menyebabkan pemanfaatan tepung biji bayam untuk makanan tidak terbatas. Potensi utama pemanfaatan biji bayam adalah untuk makanan berenergi tinggi. Di negara industri maju seperti USA dan Eropa Barat, tepung biji bayam digunakan untuk fortifikasi (pengkayaan) makanan lain seperti makanan bayi, bagi para pasien rumah sakit dan orang-orang tua. Tepung biji bayam juga untuk pengkayan makanan serealia untuk sarapan, terigu bahan roti dan segala macam bahan makanan lainnya.
Dengan cara pengolahan yang lebih sederhana, tepung biji bayam tersebut dapat dibuat untuk campuran berbagai macam bubur makanan, makanan keringan, brondong, campuran berbagai dodol makanan dan masih banyak lagi.

Scroll to Top