Cara pengolahan dan proses kopi setelah panen akan mempengaruhi bahkan bisa memberikan efek dramatis kepada hasil akhir kopi . Sehingga proses pengolahan termasuk faktor penting dalam industri kopi. Budidaya kopi untuk mendapatkan buahnya yang matang berwarna merah. Struktur buah kopi (coffee cherry) terdiri dari pericarp (kulit daging terluar) dan biji kopi. Pericarp sendiri terdiri lagi dari beberapa lapisan seperti kulit, daging kulit, layer getah (yang biasanya terdiri dari gula alami dan semacam kandungan alkohol) dan perkamen. Lapisan pericarp adalah yang mengalami pembersihan, namun lapisan ini juga berpengaruh dalam menambah rasa pada kopi.

Setelah panen, buah kopi kemudianke tempat pengolahan/penggilingan untuk memisahkan biji dengan kulit dagingnya. Biji mengalami proses pengeringan agar tetap aman saat penyimpan sebelum ke pasar. Idealnya, kopi memiliki tingkat kelembaban alami sekitar 60%, namun pengeringan sampai kelembabannya hanya berkisar sekitar 11-12 % saja. Tujuannya supaya biji kopi itu tidak terlalu lembab lalu membusuk ketika “menunggu” penjualan.
1. Washed Process / Kopi Proses Cuci
Proses kopi ini washed kopi atau wet process karena pencucian kopi fokus pada biji. Proses membiarkan Anda mencicipi apa yang ada di dalam, bukan di luar. Prinsip dari metode pengolahan kopi ini adalah menghilangkan semua kulit-kulit daging yang melekat pada biji kopi sebelum pengeringan. Setelah panen, ceri kopi melalui proses merendam di dalam air. Proses ini untuk melihat ceri kopi. Biji yang mengapung akan dibuang, sementara yang tenggelam akan tetap dibiarkan untuk proses lanjutan karena telah matang.

Kulit luar dan kulit daging ceri kopi akan melalui proses pelepasan menggunakan mesin khusus yaitu depulper (pengupas). Mesin pengupas kulit atau mesin pulper ini pun ada beberapa jenis modelnya antara lain :
1. Drum depulper
Metode ini ada di artikel Mesin Pulper Biji Kopi Model PM-01 Untuk Kupas Kulit Kopi Dalam Jumlah Banyak Lebih Cepat
2. Disc depulper

3. Raung pulper

Proses selanjutnya untuk biji kopi yang sudah terlepas dari kulitnya, memasukkannya ke dalam bejana khusus berisi air agar sisa-sisa kulit yang masih melekat bisa luruh sepenuhnya akibat proses fermentasi. Kopi hampir 100% bergantung pada biji kopi yang telah menyerap cukup gula dan nutrisi alami selama siklus pertumbuhannya. Artinya, varietas, tanah, cuaca, kematangan, fermentasi, pencucian, dan pengeringan adalah kuncinya.Durasi, atau lamanya kopi difermentasi ini berbeda-beda pada setiap produsen. Namun umumnya berkisar antara 24-36 jam tergantung temperatur, ketebalan layer getah pada ceri kopi, dan konsentrat enzimnya. Jika suhu di sekitarnya semakin hangat, maka prosesnya akan semakin cepat pula.
Profil rasa umumnya: Kopi hasil washed process umumnya memiliki karakter yang lebih bersih, light, sedikit berasa buah, body cenderung ringan dan lembut dengan tingkat keasaman (acidity) lebih banyak. Kopi yang dengan proses “washed” mencerminkan ilmu menanam kopi dan bahwa petani merupakan bagian integral dalam menciptakan cita rasa kopi. Pada kopi yang dicuci, negara asal dan kondisi lingkungan menambah cita rasanya. Artinya, proses pencucian menonjolkan karakter sebenarnya dari biji kopi asal tunggal yang tiada duanya dari proses lainnya. Itu sebabnya banyak kopi spesial yang dicuci.
2. Kopi Olahan Alami/Kering / Dry Process / Natural Process
Proses pengolahan natural ini juga atau dry process. Proses alami adalah metode pengolahan paling tua, orang Indonesia tidak menggunakan metode ini. Buahnya tetap berada di dalam biji, dan mengering tanpa gangguan. Meski membutuhkan investasi lebih sedikit, namun tetap memerlukan kondisi iklim tertentu untuk memastikan buah dan biji mengering tepat waktu.

Seiring berjalannya waktu, ada anggapan proses alami sebagai metode berkualitas rendah yang dapat menyebabkan rasa tidak konsisten. Ketidakkonsistenan ini akibat pengeringan buah yang masih mentah dan berubah warna menjadi coklat bersamaan dengan buah yang matang.
Namun, banyak yang percaya bahwa proses ini berpotensi menghasilkan kopi dengan cita rasa terbaik. Jika konsistensi tercapai, maka banyak yang berpendapat bahwa kopi alami dapat menyamai kopi yang “washed” dalam hal kejernihan, dan juga memberikan beberapa catatan dan karakteristik yang lebih menarik. Anda dapat melihat hal ini terjadi di Brasil, dan di tempat lain.
BACA JUGA : Panen dan Pengolahan Pasca Panen Kopi
Prosesnya yang natural dan alami ini akan membuat ceri terfermentasi secara natural pula karena kulit luar ceri akan terkelupas dengan sendirinya. Profil rasa proses natural ini mampu memberi notes ala buah-buahan pada kopi, dengan hints umum seperti blueberry, strawberry atau buah-buahan tropis. Kopi pun cenderung memiliki keasaman (acidity) rendah, rasa-rasa yang eksotis dan body yang lebih banyak.
3. Metode Natural Honey
Proses ini agak mirip dengan pulped natural dan umum di banyak negara-negara Amerika Tengah seperti Costa Rica dan El Salvador. Belakangan proses ini juga semakin populer di Indonesia. Pada honey process, ceri kopi akan melewati proses kupas dengan mesin mekanis, tapi metode ini menggunakan lebih sedikit air jika dibandingkan pulped natural process.
Pengendalian Mesin depulper untuk menentukan seberapa banyak daging buah yang mau tetap melekat dengan biji sebelum proses penjemuran. Kulit daging yang tersisa ini dalam Bahasa Spanyol memiliki istilah miel yang berarti madu (honey). Sederhananya, pada honey process ada sedikit lendir—atau mucilage dalam istilah Bahasa Inggris—yang tampak lengket pada biji kopi. Dari sinilah proses ini kemudian dinamakan honey process.Dalam banyak hal, jenis kopi ini berada di tengah-tengah antara kopi yang dicuci dan kopi proses alami: kopi ini menghasilkan buah, tetapi tidak berlebihan seperti kopi alami. Seringkali memiliki keasaman yang lebih bulat daripada kopi yang dicuci, dengan rasa manis yang kuat dan rasa yang kompleks di mulut.
Proses pembuatan honey sangat terkait dengan Kosta Rika. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir, subkategori telah berkembang: madu kuning, merah, emas, hitam, dan putih. Hal ini mencerminkan kemampuan proses ini untuk mempengaruhi rasa dan profil kopi secara keseluruhan. Ini bisa menjadi proses yang sangat ilmiah, karena tingkat lendir – yang mempengaruhi rasa manis dan kedalaman isi kopi . Biasanya, semakin banyak lendir yang tertinggal pada biji, semakin manis rasanya.
4. Proses kopi semi-washed
Metode ini sangat umum di Indonesia dan sering kita kenal dengan istilah ‘giling basah’. Proses semi washed melibatkan dua kali proses pengeringan. Setelah petik, kulit terluar ceri kopi melewati proses kupas dengan menggunakan depulper dan dan pengeringan sebentar. Jika umumnya kelembaban kopi hingga 11-12 % ketika proses pengeringan, maka pada proses semi-washed, kelembaban kopi masih 30-35 % sebelum proses “pulper” lagi hingga bentuknya benar-benar biji/green bean.
Biji kopi yang masih green bean inilah yang kemudian mengalami pengeringan lagi sampai ia cukup kering untuk disimpan. Profil rasa kopi dengan proses semi-washed cenderung memiliki tingkat sweetness yang intens, body lebih penuh, dengan tingkat keasaman lebih rendah daripada kopi-kopi washed processed.
Penutup
Proses pengolahan kopi adalah elemen penting dalam menentukan cita rasa dan karakteristik biji kopi. Mengerti perbedaan antara metode Washed, Honey, dan Natural membantu petani dan pembuat kopi untuk menghasilkan biji kopi dengan profil rasa yang sesuai dengan preferensi konsumen. Dengan berbagai metode pengolahan yang tersedia, dunia kopi terus menawarkan keanekaragaman cita rasa yang memikat bagi para pecinta kopi di seluruh dunia.
