Penyakit Bercak Daun Pada Tanaman Jagung : Penyebab, Cara Mengendalikan, Dan Pencegahan

Penyakit bercak daun merupakan salah satu masalah yang sering menghantui petani jagung di seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan oleh serangkaian patogen, termasuk jamur dan bakteri, yang menginfeksi daun tanaman jagung dan menghasilkan bercak-bervariasi pada permukaannya. Bercak daun dapat mengurangi produktivitas tanaman jagung, mempengaruhi kualitas hasil panen, dan menyebabkan kerugian yang signifikan dalam industri pertanian.Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi penyakit bercak daun pada tanaman jagung dengan lebih mendalam. Kami akan mempelajari jenis-jenis patogen yang biasanya terlibat dalam penyakit ini, faktor-faktor yang mempengaruhi penyebarannya, dan gejala-gejala yang dapat dikenali pada daun tanaman jagung yang terinfeksi. Selain itu, kami juga akan membahas strategi pengendalian yang efektif untuk mencegah dan mengatasi penyakit bercak daun pada tanaman jagung, termasuk penggunaan bahan kimia, pengelolaan tanaman, dan praktik budidaya yang tepat.

Dengan pemahaman yang lebih baik tentang penyakit bercak daun pada tanaman jagung, petani dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk melindungi tanaman mereka dan mengurangi kerugian akibat penyakit ini. Artikel ini akan memberikan informasi yang berharga bagi petani dan pemerhati pertanian, serta membantu menjaga produktivitas dan kualitas hasil panen jagung secara optimal.

Penyebab penyakit bercak daun pada jagung

Penyakit bercak daun yang disebabkan oleh Helminthosporium sp. merupakan salah satu penyakit utama  pada jagung setelah  bulai. Patogen ini menular melalui  udara sehingga mudah menyebar. Kehilangan hasil akibat bercak daun mencapai 59% terutama  bila penyakit menginfeksi tanaman sebelum bunga betina  keluar.
Perkembangan penyakit ditentukan oleh kondisi lingkungan. Suhu optimal untuk perkembangan penyakit berkisar 20-30 °C.Karena kondisi suhu tersebut umum dijumpai pada areal pertanaman jagung sehingga Helminthosporium sp.  hampir selalu ditemukan pada setiap musim tanam. Patogen dalam bentuk miselium dorman juga  mampu bertahan hingga satu tahun  pada sisa tanaman jagung sehingga penyakit bersifat laten serta mampu menyebabkan serangan secara sporadis yang serius/ terutama  pada varietas rentan.
Umumnya di Indonesia baru tiga jenis pathogen penyakit bercak daun yang dilaporkan menyerang tanaman jagung yaitu :

  1. Helminthosporium turcicum
  2. Helminthosporium maydis
  3. Helminthosporium carbonum

Patogen jeni Helminthosporium maydis ditemukan pada dataran rendah dengan suhu optimum 20 – 30 derajat Celcius.  Keadaan suhu ini umumnya ditemukan pada areal pertanaman jagung sehingga memberi peluang berkembangnya Helminthosporium maydis dibanding jenis pathogen  bercak daun lainnya.
Tanaman jagung yang diusahakan pada awal dan akhir musim hujan juga dapat mendukung perkembangan Helminthosporium maydis pada awal pertumbuhan tanaman. Sehingga Helminthosporium maydis dijumpai pada berbagai umur tanaman dan tersebar luas di berbagai daerah. Bahkan di beberapa daerah tanaman jagung yang berumur sekitar 20 hari dapat terinfeksi dengan intensitas 25% yang berarti  Helminthosporium maydis mempunyai  potensi  merusak yang tinggi terutama  pada jagung yang ditanam pada awal musim hujan. Hal  ini masih ditambah  lagi dengan peran gulma di areal  pertanaman jagung.
Terdapat tiga jenis gulma yang dapat menjadi  inang alternatif Helminthosporium maydis yaitu :

  1. Gulma timunan (Leptochloa Chinensis)
  2. Gulma jariji (Digitaria ciliaris)
  3. Rumput padi hutan (Echinochloa colona).

Jenis rumput tersebut dominan ditemukan pada lahan pertanaman jagung sehingga dapat menjadi sumber inokulum awal yang penting. Ini juga yang menyebabkan Helminthosporium maydis selalu ditemukan pada setiap musim tanam.
Mengingat sebaran penyakit akibat Helminthosporium sp.  ini pada pertanaman jagung sedemikian cepat, maka penyuluhan terkait biologi, dominasi spesies, virulensi, pengaruh cekaman abiotik, inang alternative yang spesifik untuk iklim tropis, dan varietas tahan perlu disampaikan sebagai basis pengetahuan  bagi petani dalam upaya pengendaliannya.

Bahaya penyakit bercak daun pada jagung

Kerugian ekonomi yang timbul akibat serangan penyakit bervariasi sekitar 5-50%. Kerugian hasil yang disebabkan oleh penyakit bercak Helminthosporium maydis di Amerika Serikat pernah mencapai 90% dengan tingkat kerugian ekonomi  mencapai 2,5 juta dollar. Penyakit ini berkembang dengan sangat cepat jika didukung oleh kondisi cuaca yang cukup siginifikan yang mendukung perkembangan dan penyebaran penyakit Helminthosporium maydis.

gejala penyakit bercak daun

Gejala visual yang menunjukkan ciri khusus serangan Helminthosporium maydis ini adalah bercak agak memanjang dengan bagian tengah agak melebar dan makin ke pinggir makin kecil, berwarna cokelat keabuan yang dikelilingi oleh warna kekuningan sejajar tulang daun. Konidia jamur mulai terlihat setelah 6 hari dan semakin banyak pada hari  ke 12. Bentuk konidia agak melengkung dengan ujung yang tumpul dan bersekat 3 -10 buah.
Gejala awal pada varietas jagung yang peka terlihat 13 jam setelah  infeksi jamur berupa titik transparan agak basah yang kemudian makin membesar dan warnanya menjadi cokelat kekuningan setelah  5-6 hari.
Sporulasi  Helminthosporium maydisterjadi  pada permukaan tanaman jagung yang terinfeksi. Setelah  itu spora lepas kemudian terbawa oleh angin dan hinggap pada permukaan tanaman jagung yang lain. Selanjutnya spora saling tarik menarik dan melakukan penetrasi awal kemudian spora membentuk bercak dan berkembang.
Kelembaban udara mempengaruhi pertumbuhan Helminthosporium maydis. Semakin rendah kelembaban maka pertumbuhan miselia jamur makin lambat. Curah hujan yang rendah pada musim kemarau menjadikan  intensitas penyakit bercak daun sangat rendah bila dibandingkan pada musim hujan dengan curah hujan yang tinggi. Pada musim kemarau suhu udara meningkat dan kelembaban pada siang hari  menurun. Sebaliknya pada musim hujan suhu siang hari  lebih  rendah dan stabil serta kelembaban cenderung lebih tinggi. Kondisi tersebut mengakibatkan sporulasi  Helminthosporium maydis meningkat atau spora di udara cukup tersedia sehingga peluang terjadinya  infeksi jamur cukup besar. Akibatnya  intensitas serangan penyakit daun pada jagung selalu lebih tinggi  pada musim hujan dibandingkan pada musim kemarau.
Intensitas serangan Helminthosporium maydis juga dipengaruhi oleh iklim. Pada sebaran hari  hujan lebih tinggi dengan kelembaban  lebih  besar serta sebaran radiasi  harian matahari yang rendah jumlah  bercak daun yang ditemukan  lebih tinggi.  Keadaan ini cukup baik bagi perkembangan pathogen  Helminthosporium maydis.
Hari  hujan yang rendah menyebabkan kelembaban juga  rendah dan radiasi tinggi. Pada keadaan tersebut penguapan cepat terjadi sehingga spora jamur yang hinggap di permukaan daun bersama embun belum melalui tahap penetrasi yang sempurna atau belum terjadi  infeksi sehingga persentase serangan rendah. Kondisi  iklim ini ditemukan pada pertanaman jagung yang ditanam  lebih awal di musim hujan dan keadaan ini cukup menguntungkan  bagi perkembangan penyakit Helminthosporium sp.
Siklus hidup cendawan Helminthosporium maydis berlangsung sekitar 2 – 3  hari dalam 72 jam, satu  bercak mampu menghasilkan 100 – 300 spora. Oleh sebab itu penyakit bercak daun berkembang cepat pada areal pertanaman jagung dan menyebabkan kehilangan hasil yang berarti  hingga 59% atau  bahkan lebih.
BACA JUGA:

Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Bercak Daun Tanaman Jagung

Berbagai upaya pengendalian penyakit bercak Helminthosporium maydis yang dapat dilakukan petani meliputi  pengendalian secara kimiawi dengan fungisida, kombinasi fungisida dan varietas, varietas tahan, pengaturan waktu tanam serta komponen pengendalian lainnya.

1.Fungisida

Berbagai penelitian yang dilakukan oleh para ahli menunjukkan  bahwa kombinasi antara  pemberian fungisida berbahan aktif Mankozeb 80% (merek dagang Dithane M-45 80 WP) dan penanaman varietas yang tahan terhadap penyakit bercak daun seperti varietas Semar-2 dan Bisma, mampu menekan penularan dan perkembangan penyakit bercak daun pada tanaman jagung.
 Pada dasarnya dalam setiap pestisida teknik pengaplikasiaannya pada tanaman telah tertera pada sampul kemasannya. Namun sebagai bahan masukan bagi kita bahwa untuk pemakaian fungisida  berbahan aktif Mankozeb (merek dagang Dithane M-45 80 WP) perlu diketahui  bahan aktif Mankozeb merupakan fungisida  ini  berbentuk tepung yang dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit yang berasal dari jamur berspektrum  luas baik pada tanaman hortikultura, florikultur,  maupun tanaman pangan.Jual Obat Pembasmi Jamur DITHANE M-45 80 WP
Bahan aktif Mankozeb bekerja dengan cara membentuk lapisan tipis pada permukaan tanaman dan secara perlahan mengeluarkan senyawa tertentu yang mengganggu aktivitas pernafasan jamur. Bahan aktif Mankozeb mencegah pembentukan spora pada jamur sehingga jamur tidak dapat menyebar. Cara pemakaiannya  adalah dengan mencampurkan fungisida  bahan aktif Mankozeb 1  sendok teh dengan 1  liter air bersih. Selanjutnya semprotkan  langsung ke semua bagian tanaman yang terinfeksi dan ulangi cara ini setiap sepekan atau dua minggu sekali.

2. Penggunaan varietas jagung tahan. 

Penggunaan varietas tahan untuk pengendalian maydis tergolong efektif.  Pada varietas tahan, jumlah bercak lebih sedikit dibanding pada varietas rentan.  Pada varietas tahan, tanaman mengandung enzim yang dikeluarkan oleh dinding sel daun yang mampu melawan sifat agresivitas dari spora cendawan tersebut. Beberapa varietas jagung yang tahan terhadap penyakit bercak daun antara lain varietas Bisma, Bisi-3, Bisi-4, Bisi-5, Pioner 10, dan CPl-2  memberikan reaksi sifat ketahanan yang tinggi terhadap H.  maydis.

3.  Pengaturan waktu tanam dan penggunaan komponen lainnya. 

Penanaman lebih awal pada musim hujan dapat menciptakan kondisi iklim yang kurang menguntungkan  bagi perkembangan  maydis sehingga intensitas serangan juga  rendah.

4. Pembajakan tanah pra tanam

Lakukan pembajakan tanah sebelum penanaman yang bertujuan menekan bibit hama dan penyakit tanaman yang kemungkinan berdiam di dalam tanah. Cara ini juga sangat baik untuk memperbaiki  rongga tanah untuk perakaran dan meningkatkan daya serap air tanah oleh akar tanaman jagung.

5. Hindari menanam jagung terlalu rapat. 

Penanaman jagung yang terlalu  rapat akan meningkatkan kelembaban mikro di pertanaman dan ini sangat mendukung taraf pertumbuhan jamur. Dengan merenggangkan jarak tanam misalnya menggunakan cara tanam jajar legowo maka dapat meningkatkan sirkulasi  udara di pertanaman dan memutus penularan inoculum jamur akibat terpapar sinar matahari.

6. Tidak menanam benih jagung yang berasal dari tanaman yang sakit. 

Para petani seringkali  menggunakan bibit dari sumber acak yang biasanya tidak diketahui sumber asalnya. Disarankan agar petani  menanam bibit atau  benih dari sumber yang jelas dan masih tersegel rapi. Ini dengan mudah dapat diperoleh di kios tani.

7. Sanitasi lingkungan pertanaman jagung

Program sanitasi area tanama  juga sangat perlu dilakukan sebab berbagai jenis rumput-rumputan dapat menjadi inang penyakit sehingga menjadi sumber inokulum  bagi pertanaman berikutnya.BACA JUGA:

8. Rotasi tanaman

Rotasi tanaman dengan tujuan untuk memutus ketersediaan inokulum  bercak dengan menanam tanaman yang bukan dari jenis sereal. Misalnya menanam kacang kacangan atau  buah-buahan seperti semangka atau  melon.

9. Pemusnahan tanaman terinfeksi

Memusnakan tanaman yang terserang bercak daun dengan cara dibakar atau ditimbun dalam galian lubang yang cukup dalam.

Kesimpulan

Penyakit bercak daun ini hanya akan menyerang jika didukung oleh kondisi  lingkungan  memungkinkan. Kondisi lingkungan yang dimaksudkan disini adalah kondisi  lingkungan pertanaman maupun faktor iklim atau cuaca sekitarnya. Untuk mencegah kerugian atau  melindungi tanaman jagung dari  kerusakan oleh penyakit ini diperlukan tindakan  pencegahan dan pengendalian secara tepat dan benar.

Scroll to Top